Kamis, 05 Desember 2019

Anger Management Belajar Mengelola Dan Mengosongkan Emosi Kehidupan



Setiap orang hidup tidak terlepas dari permasalahan. Baik permasalahan dalam keluarga, bertetangga, teman, sahabat bahkan dengan diri sendiri. Seperti saya, setelah menikah banyak permasalahan yang dihadapi. Banyak orang berpikir kalau sudah menikah segala sesuatunya jauh lebih mudah. Ternyata tidak! Menyatukan dua karakter berbeda menjadi satu adalah hal yang susah dan butuh proses panjang dalam rumah tangga.

Anger Management, Buku, Review, Bedah Buku
Anger Management Belajar Mengelola Dan Mengosongkan Emosi Kehidupan


Saya belajar beberapa hal setelah menikah, termasuk meredam amarah dan makna dari pernikahan itu sendiri. Ternyata sungguh sulit! Enam tahun pernikahan saya dengan suami selalu saja ada masalah. Namun mujizat selalu menutupinya. Semuanya terjadi secara natural. Sejak dari masih gadis selalu mendapatkan pertanyaan "kapan menikah?" dan setelah menikah muncul pertanyaan lagi "kapan punya anak?". Berentet dengan pertanyaan lain. 


Jujur pertanyaan seperti itu membuat saya seperti tersulut emosi. Selama 6 tahun pernikahan hingga saat ini, hampir setiap minggu mengkonsumsi pertanyaan itu dari orang terdekat. Mereka tidak tahu apa yang menjadi harapan dan doa saya sepanjang hari. Terutama di keluarga Batak anak paling diutamakan dalam sebuah pernikahan terutama anak laki-laki. Tetapi saya selalu mengelus dada dan selalu sabar menghadapinya.





Mengelola emosi atau amarah itu gampang-gampang susah. Tergantung bagaimana kita menyikapi sebuah masalah. Akhir-akhir ini sangat peer banget bagi saya mengelola emosi dengan baik. Butuh coolingdown untuk menelaah satu persatu. Buku Anger Management The Life Skill menjadi panduan saya untuk mengenal apa itu amarah. Setelah selesai membacanya, ternyata saya masih menyimpan luka batin. Sampai termehek-mehek saya membacanya. 


Hidup bagaikan perjalanan rollercoaster. Saat mendaki serasa bahagia dan saat menurun sangat mudah hingga sakit sampai ke dasar hati. Pada umumnya rasa emosi itu mulai dari masa kehamilan, masa pengasuhan, masa pedidikan, masa pertemanan, masa pernikahan, masa pekerjaan, masa pensiun dan menuju kematian. Semuanya dihadapi dengan keberanian dan pasrah akan keadaan. Saya baru mengalami empat rollercoaster kehidupan sudah begitu banyak tantangan, kelokan tajam, angin kencang, perasaan bercampur senang, takut juga tegang.


Beauty, Smile, Away, Accept, Allow
Anger Management Mengobati Luka Lama Lintas Kosongkan Ransel Emosi



1. Masa Pendidikan, saya sebagai anak dari orangtua berlatar belakang guru (kepala sekolah) dulu semasa sekolah mengharuskan saya untuk berprestasi. Karena harus membuktikan anak guru harus pintar seperti orangtuanya. Dan prestasi itu berhasil saya raih, meskipun dibelakang saya banyak saingan. Bahkan sekarang pun keinginan melanjutkan ke jenjang magister suka bentrok dengan suami. Belum mendapatkan ijin dari suami. Padahal pengen sekali melanjutkan kuliah S2. Tapi namanya istri harus tetap nurut perkataan suami rela melawan keinginan.


2. Masa Pertemanan, saya pernah mengalami teman dimakan teman. Ternyata berteman juga harus hati-hati. Saya sering dicurangi teman, disaat butuh mendekati saya dengan berbagai cara menceritakan kesedihannya baik itu masalah rumah tangga, keuangan dan pekerjaan. Tetapi ketika diatas angin kebahagiaan lupa segalanya, bahkan chat japrian saja jarang dibalas. Tentu butuh mengolah emosi juga bagaimana menghadapi pertemanan. Intinya ddalam pertemanan harus saling mendukung dan tidak hanya butuh saja. 


3. Masa Pernikahan, masalah ini yang sedang saya hadapi. Belakangan ini saya dan suami kurang match kesepakatannya. Apalagi tinggal di rumah hanya berdua saja belum ada baby yang menemani hari-hari kami. Saya termasuk tipikal orang keras dan suami juga seperti itu. Jadi sering kali berantam bahkan berujung kekerasan. Pernah di satu waktu kami sepakat untuk berpisah. Karena kondisinya sudah saling menyakiti. Segala sesuatunya diomongin dengan emosi.


Permasalahan pun muncul tidak hanya dari kami berdua, keluarga sudah mulai saling menyalahkan dan menjauh. Trauma dan depresi sempat saya alami. Ternyata berat menjalani kehidupan bahtera rumah tangga ini. Dan luka itu sampai saat masih membekas. Hadirnya orang ketiga dalam rumah tangga kami membuat emosi cemburu itu mencuat. Banyak tangisan dan air mata yang tidak bisa digantikan dengan apapun. Susah untuk mengembalikannya seperti semula. Saya selalu mengoreksi diri kenapa semua sampai terjadi. 


Cinta, Sayang, Kasih, Buku, Emosi, Amarah
Anger Management begitu banyak memberikan saya pelajaran untuk lebih "Menahan Diri" dalam kondisi apapun.



4. Masa Pekerjaan, dalam pekerjaan juga sangat perlu mengolah emosi. Say seorang IT Support di sebuah perusahaan besar di Indonesia, setiap hari berhadapan dengan konsumen di seluruh cabang Indonesia. Mengharuskan saya tetap berlapang dada dan mengelola emosi supaya tidak ikut terpancing. Setiap hari saya pasti mendapatkan makian. Dan setiap hari berkutat dengan program (aplikasi) SOP perusahaan dan laptop. Berhadapan dengan team se divisi juga harus banyak meredam emosi. Karena sejatinya beda orang beda pendapat. Dan itupun tidak mudah.


Setelah keempat masa kehidupan ini saya alami dan jalani sangat banyak pelajaran. Terutama dalam pernikahan yang tidak hanya dijalani setahun 1-3 tahun, tetapi seumur hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Saya pernah meninggalkan rumah sampai tiga bulan demi menenangkan diri, lost contact dengan suami, trauma dengan seisi rumah dan rasaa kebencian selalu tertanam dalam hati. Semuanya dilebur menjadi satu menjadi emosi tingkat dewi. Tapi sekarang entahlah sampai kapan keadaan itu berubah. Doa dan harapan keadaan rumah tangga ini kembali seperti dulu yang banyak tertawa, senyuman, kehangatan, cinta dan doa-doa terbaik.


Kehilangan separuh jiwa itu tidaklah mudah. Mungkin banyak yang mengalaminya dan sekarang hidupnya fine saja. Tetapi hati dan perasaannya who knows? Perlahan saya mengolah ransel emosi yang masih penuh. Satu per satu saya koreksi. Ketika tangisan dan air mata berkata pada laki-laki "Tinggalkanlah orangtuamu dan hiduplah bersama istrimu (tulang rusukmu) suami saya berkali-kali menangis disaat khilaf akan kesalahannya". Karena apa yang kami alami adalah ujian kelulusan rumah tangga.


Suami, Istri
Belajar Mengelola Emosi Dalam Rumah Tangga



Anger Management mengajarkan banyak hal terpenting buat saya adalah bagaimana cara mengosongkan ransel emosi. Anger Management merupakan salah satu program mental wellness bagaimana cara membuang sampah Emosional negatif sehingga kita merasakan terapi menikmati hormon bahagia yang memulihkan dan memperkuat hati atau self healing therapy. Kognisi stress negatif hingga bagaimana penyelesaian masalah menyangkut emosi. Dengan melakukan terapi pada fisik menuju pola hidup sehat dan memperbaiki memori somatif. Yang terpenting adalah tetap memperbaiki dan menjaga hubungan baik dengan Tuhan selalu bersyukur, thank's giving, hoping and praying. Dan terakhir perlu sekali memperbaiki hubungan sosial baik tetangga, teman dan sahabat. Tanpa hidup bersosialisasi kita tidak bisa hidup sendiri di dunia ini.


Mengosongkan ransel emosi juga butuh support system. Kita tidak bisa melakukannya kalau bukan dari diri sendiri. Self Healing Therapy untuk menyembuhkan luka-luka dalam hati harus tetap berdoa dan berserah pada Tuhan, hanya Dia yang tahu sesakit apa yang kita rasakan dan apa yang kita alami. Tetap komitmen dengan diri untuk lebih aware, accept, allow and away. Luka pahit yang kita alami bisa menjadi penghambat kita untuk mengosongkan ransel emosi. Pelajari dan kenali kembali emosi kita baik itu marah, sedih, takut dan tidak terkontrol. 


Semuanya yang pernah kita alami, sebaiknya kita refleksikan diri. Akan ada jalan keluar dari setiap masalah dan ransel emosi akan kosong. Dengan membuka hati untuk memaafkan keadaan dan berdoa. Betul sekali memaafkan adalah hal yang susah kita lakukan. Saya sudah mengalami hal ini. Lebih mudah memaafkan oranglain daripada diri sendiri bahkan pasangan. Tapi itu manusiawi, karena kita hidup selalu berdampingan. 


Perlahan-lahan saya bisa meredam emosi negatif. Lebih baik berdiam diri dan merenung. Sungguh karakteristik saya disaat amarah itu datang, saya lebih memilih diam seribu bahasa. Salah satu cara saya untuk menghindari masalah bertambah. Anger Management begitu banyak memberikan saya pelajaran untuk lebih "Menahan Diri" dalam kondisi apapun. 


Anger Management literasi lintas Parenting dan Relationship membuka pola pikir saya akan mengelola emosi dengan baik serta mengubahnya menjadi anger positif. Lebih besar kekuatan cinta dari pada kekuatan emosi. So, mari kalahkan dan kosongkan emosi dengan cinta dan sayang.

Tidak ada komentar:

HokBen+ (Plus) Hadirkan Inovasi Petualangan Kuliner Rasa ala Jepang yang Melezatkan dan Nikmati Suasana Baru Pertama di Indonesia

  𝗛𝗞ð—ļð—Ŋð—ēð—ŧ+ ð—Ģð—đ𝘂𝘀 Petualangan Rasa yang Melezatkan dan Nikmati Suasana Baru ð—Ģð—ēð—ŋ𝘁ð—Ūmð—Ū ð—ąð—ķ 𝗜ð—ŧð—ąð—žð—ŧð—ē𝘀ð—ķð—Ū Penikmat kuliner, p...